Sabtu, 16 Oktober 2010

Syair Burung Nuri

Pengarang: Hamzah Fansuri

Vocal: Idawati

Durasi: 7:11


Unggas nuri asalnya cahaya

Diamnya da’im di kursi raya

Daripada burnya faqir dan kaya

Menjadi insane tuan dan sahaya


Kuntu kanzan asal sarangnya

‘Alam lahut nama kandangnya

Terlalu luas dengan lapangnya

Itulah kanzan dengan larangannya


‘Aql al-kulli nama bulunya

Qalam al-a’al nama kukunya

Allah ta’ala nama gurunya

Oleh itulah tiada judunya


Jalal dan jamal nama kakinya

Nur al-awwal nama jarinya

Lawh al-mahfudz nama hatinya

Menjadi jawhar dengan safirnya


Itulah ahmad Awwal nabinya

Dari nur Allah dengan sucinya

Sekalian ‘alam pancar nurinya

Menjadi langit serta buminya


‘Alam ini asal warnanya

Disana-sini da’im sertanya

Siding ghafil (un) dengan karmanya

Lupakan nuri dengan warnanya


* Dikutip dari: Kesusastraan Klasik Melayu Sepanjang Abad

(hal:360-36 karya Tengku Iskandar (penerbit: LIBRA Jakarta:1996)

1.Syair Ikan Terubuk
Pengarang: Anonim
Vokal: Idawati
Durasi: 11.24

Bismillah itu permulaan kalam
Dengan nama Allah Khalik al-‘alam
Melimpahkan rahmat siang dan mala
Kepada segala mukmin dan Islam

Mula dikarang ikan terubuk
Lalai memandang ikan di lubuk
Hati dan jantung bagai serbuk
Laksana kayu dimakan bubuk

Asal terubuk ikan Puwaka
Tempatnya konon dilaut Malaka
Siang dan malam berhati duka
Sedikit tidak menaruh suka

Pagi dan petang duduk bercinta
Berendam dengan airnya mata
Kalbunya tidak menderita
Karena mendengar kabar berita

Pertama mula Terubuk merayu
Berbunyilah guruh mendayu-dayu
Senantiasa berhati sayu
Terkenang putrid ikan puyu-puyu

Putrid puyu-puyu konon namanya
Didalam kolam konon tempatnya
Cantik majelis barang lakunya
Patutlah dengan budi bahasanya

Kolam tu konon di tanjung padang
Disanalah tempatnya terubuk bertandang
Pinggangnya ramping dadanya bidang
Hancurlah hati terubuk memandang

Muda menentang dari saujana
Melihat putrid terlalu lena
Hati di dalam bimbang gulana
Duduk bercinta tiada semena

Gundah gulana tidak ketahuan
Lalulah pulang muda bangsawan
Setelah sampai ke tanjung tuan
Siang dan malam igau-igauan

Dikutip dari: Antologi Syair Simbolik dalam sastra Indonesia Lama (Depdikbud, Jakarta: 1980